Marhaban Ya Ramadhan. Bulan Ramadhan identik dengan bulan ibadah, berlomba meraih pahala sebanyak-banyaknya melalui ibadah puasa, tarawih, zakat, dan ibadah lainnya. Namun ada yang berbeda dengan bulan Ramadhan tahun ini. Momen ritual sebulan penuh yang biasa disambut dengan semarak, tahun ini akan penuh dengan keterbatasan.

Beberapa masjid telah ditutup semenjak merebaknya wabah virus Corona dan adanya himbauan pemerintah untuk membatasi kegiatan dalam skala besar. Berbagai pembatasan itu dilakukan dalam rangka untuk mencegah penularan lebih luas lagi dari virus ini. Pada Ramadhan kali tentu saja akan sangat jarang ditemui kegiatan beramai-ramai di masjid di saat tarawih, buka bersama, atau barangkali sekadar ke pasar sore. Sebagai umat Islam kita meyakini bahwa semua ini adalah skenario Allah.

Allah sedang mengingatkan kita akan kuasanya. Di awal penyebaran virus Corona di Wuhan, ilmuwan belum dapat memastikan detail cara virus ini menular dari binatang ke tubuh manusia. Selain itu, Allah belum mengizinkan produksi vaksin tersebut secara massal karena masih harus menjalani tahap uji klinis.

Virus corona atau yang disebut covid-19 atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan, seperti pneumonia, distres pernafasan, hingga kematian. Walaupun lebih banyak menyerang lansia, virus ini menyerang semua usia dari anak-anak, dewasa hingga ibu hamil dan menyusui. Setidaknya lebih dari 110 negara dengan ratusan ribu kasus positif covid-19. Lalu, bagaimanakah puasa kita di tengah pandemi ini?

Seperti yang kita ketahui bahwa puasa adalah ibadah wajib kecuali bagi beberapa orang yang memiliki udzur untuk tidak menjalankan puasa. Berpuasa adalah ketaakwaan, melatih menahan hawa nafsu, merasakan sedikit lapar seperti halnya saudara kita lainnya yang sering merasakan lapar karna kekurangan. Puasa mengajarkan kita saleh secara individu dan saleh secara sosial. Bonus dari menjalankan ibadah puasa itu sendiri adalah sehat. Sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah saw.

“Sesungguhnya Allah menurunkan wahyu kepada sebagian nabi dari bani Israil: Kabarkanlah kepada kaummu, tiada seorang hamba yang berpuasa sehari kecuali mengharapkan ridha-Ku maka Aku sehatkan tubuhnya dan Aku besarkan pahalanya.” (HR. Baihaqi)

Manfaat Puasa dari Segi Kesehatan

Sesuai dengan sabda Rasul tersebut, beberapa manfaat puasa dipandang dari segi kesehatan, di antaranya adalah pembebasan tubuh dari lemak bertumpuk yang menjadi sumber penyakit. Maka, lapar merupakan cara terbaik untuk mengatasi kegemukan tersebut. Selanjutnya puasa juga bermanfaat untuk membuang kotoran dan racun tubuh yang merusak. Proses detoksikasi ini akan membantu menyegarkan tubuh setelah sekian lamanya menumpuk racun dalam tubuh.

Diketahui bahwa puasa memiliki pengaruh positif terhadap banyak penyakit, di antaranya penyakit maag, tekanan darah tinggi, stress maupun depresi. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa mereka yang berpuasa sebulan sekali memiliki risiko 58 persen lebih rendah terkena penyakit jantung, dibandingkan mereka yang tidak menjalani puasa. Karena itu puasa mempunyai dampak positif yang mengagumkan dalam menjaga kesehatan.

Sebaliknya puasa dapat melemahkan tubuh dan membahayakan kesehatan jika tidak dilakukan dengan tepat. Seperti misalnya kebiasaan tidur setelah sahur, di mana pada saat sahur inilah hormon kortisol tubuh sedang meningkat dan stimulus simpatis sedang optimal. Seseorang yang tidur setelah sahur, maka terjadi penumpukan hormon di dalam tubuhnya yang justru mengganggu proses metabolisme, sehingga ketika bangun tidur akan terasa pusing dan pegal di sekujur tubuh.

Kebiasaan kurang baik lainnya adalah mengkonsumsi air manis saat berbuka. Pada saat puasa tubuh akan mengalami dehidrasi dan hipoglikemia, maka tidak dianjurkan mengkonsumsi gula (karbohidrat simpleks) secara mendadak. Anjuran berbuka adalah dengan mengkonsumsi kurma, atau jika tidak ditemukan kurma, dianjurkan untuk minum air putih. Kurma dianjurkan oleh Rasulullah karena kandungan kurma adalah karbohidrat kompleks sehingga tidak akan mengganggu profil gula darah dalam tubuh.

Jadikan ketaatan kita untuk tetap menjalankan ibadah puasa dan ibadah lainnya tentunya dalam sikap waspada sesuai anjuran WHO maupun pemerintah. Kita tidak perlu takut berlebihan dalam keadaan saat ini yang dikatakan sedang dikepung virus corona. Yang harus kita tingkatkan adalah kewaspadaan dan ketaatan kita terhadap Allah dan ulil amri.

Ibadah adalah pilar Islam sepanjang tahun. Akan tetapi, di bulan Ramadhan ibadah dirasakan lebih istimewa. Sejatinya kita diberikan waktu lebih banyak untuk melaksanakan ibadah. Wabah virus pasti mengubah cara kita semua melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan. Saat menghadapi musibah ini, hendaklah kita tetaap bersabar, ridho, dan bersyukur atas semua kuasa Allah. Akan kita raih keberkahan dan kesehatan saat Ramadhan tahun ini. Insha Allah.

 

(Lutfia Uli Na’mah SST MKes, Dosen Prodi Diploma III Kebidanan Stikes Muhammadiyah Gombong)